Jumat, 09 Desember 2011

Satu Hari dengan 60.000 Ide Brilian

 

Ingat tagline sebuah minuman bersoda yang berbunyi, di mana saja dan kapan saja? Tagline tersebut sejatinya lebih cocok untuk menggambarkan keberadaan ide. Di mana saja dan kapan saja. Ya itulah keberadaan ide. Sukatna PM

Ada sebagian orang yang mendapatkan ide ketika sedang mengamati gemerciknya air di pancuran, ada yang mendapatkan ide saat berjalan-jalan di taman, ada yang mendapatkannya ketika sedang berkendara. Bahkan sebagian orang mengaku mendapatkan ide ketika sedang (maaf) buang hajat di toilet.

Archimedes menemukan hukum (Archimedes) yang di kemudian hari memberikan kontribusi besar bagi kemajuan peradaban manusia ketika sedang kungkum (berendam) di bak mandi. Gaya ke atas yang melawan tubuhnya yang ambles ke air, digunakan sebagai dasar pembangun teorinya. Konon, lantaran suka citanya Archimedes melompat dari bak mandi, berlari sambil berteriak Eureka! Eureka! Eureka! (Saya telah menemukannya!) Tentu saja masih dalam keadaan telanjang bulat.

Semua pengakuan yang terekam maupun yang belum terekam tersebut benar adanya, karena ide memang berada di mana saja dan kapan saja.

Lalu seberapa banyak ide yang dipikirkan orang dalam seharinya? Menurut Marci Shimoff, salah satu tokoh yang dikutip dalam karya luar biasa Rhonda Byrne The Secret, dalam sehari manusia memproduksi 60.000 pikiran. Sekali lagi 60.000 pikiran setiap harinya. Kalau kita mengasumsikan pikiran manusia difokuskan untuk menghasilkan ide bisnis, maka dalam sehari ia akan menghasilkan 60.000 ide bisnis. Luar biasa. Sayangnya, kita belum mengetahui potensi luar biasa tersebut. Kita perlu mengetahui bagaimana langkah-langkah mengubah ide-ide melimpah menjadi mesin rupiah.

Langkah Pertama, Menggali dan Mencari Kelimpahan Ide. Seperti dikatakan Marci Shimoff, dalam satu hari dalam benak manusia memproduksi 60.000 pikiran. Namun tanpa adanya usaha untuk memfokuskan ke dalam satu arah tertentu, 60.000 pikiran atau ide itu akan sekadar berseliweran dalam kepala seseorang. Dengan adanya usaha untuk mengarahkan atau menuntun pikiran ke arah tujuan tertentu ide-ide yang berseliweran akan lebih memiliki arti. Untuk mendapatkan ide-ide yang saling bertautan dan saling menguatkan (ide kumulatif) perlu melakukan penggalian, pencarian dan penyaringan.

Tidak semua orang mengalami hal yang dalam mendapatkan ide bisnis kumulatif ini. Pencarian, penggalian ide bukanlah sesuatu yang pasif. Proses ini bersifat aktif dan sangat dipengaruhi lingkungan, hobi, pengetahuan dan pengalaman seseorang.

Dari sisi lingkungan, lihat saja, orang yang terlahir di lingkungan warga keturunan yang didominasi dengan aktivitas bisnis akan sangat gampang dan cepat menangkap ide-ide bisnis di sekitarnya. Bahkan, mungkin di sepanjang waktu dan hidupnya mereka selalu berpikir untuk selalu mendapatkan ide dan mewujudkan bisnisnya. Terbukti hampir semua jenis bisnis yang mereka geluti membuahkan hasil luar biasa.

Lingkungan yang berubah juga menawarkan ide-ide bisnis untuk dijadikan peluang bisnis. Adanya para vegetarian atau adanya sejumlah penyakit tertentu yang disebabkan karena terlalu banyak mengonsumsi daging menumbuhkan ide untuk membuat daging tiruan, yang berbahan baku dari jamur. Juga, munculnya ide untuk mengolah jantung pisang menjadi dendeng, yang dari sisi rasa dan gizinya tidak kalah dengan dendeng berbahan baku daging.

Lingkungan yang cepat berubah di dunia transportasi dengan naiknya harga BBM juga menyebabkan “migrasi” besar-besaran pada pola pemilihan kendaraan. Sepeda motor, yang dinilai sebagai pilihan paling irit untuk berkendara menempati peringkat teratas. Migrasi besar-besaran ini melahirkan ide-ide bisnis yang masih terkait dengan sepeda motor. Misalnya bisnis bengkel, pembuatan suku cadang, penjualan suku cadang dan pembuatan serta penjualan asesoris sepeda motor. Jenis bisnis dari asesoris motor sendiri saja jumlahnya tak terhitung lantaran dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan sesuai dengan trend permintaan pasar. Misalnya, trend rem yang suaranya menyerupai rem angin bus. Trend klakson pun bermacam-macam, mulai dari suara ringkik kuda, lenguh sapi sampai gonggongan anjing.

Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap yang mengalaminya, bencana lingkungan seperti banjir, tanah longsor juga memunculkan ide-ide bisnis. Misalnya, bisnis kantong mayat. Tak berarti bersenang-senang di atas penderitaan orang lain, karena sifat bencana yang tidak terduga dan tidak bisa ditolak, kantong-kantong mayat tersebut bisa membantu pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk mengevakuasi korban, sehingga bisa meminimalkan efek negatif dari keterlambatan mengevakuasi mayat.

Bencana banjir juga bisa memunculkan ide untuk membuat alat-alat yang “anti-banjir.” Artinya, alat-alat tersebut tidak rusak dan masih bisa berfungsi pada saat banjir melanda. Bahkan ada yang mempunyai ide untuk mendesain lemari yang dalam waktu singkat bisa disulap sebagai sekoci pada saat banjir melanda. Mengingat cakupan banjir, semakin lama semakin luas, bahkan hampir merata di seluruh Pulau Jawa, sebagian Sumatera dan sebagian Kalimantan, ide bisnis ini sangat brilian.

Hobi juga memberikan kesempatan lebih besar untuk menggali dan mencari ide-ide bisnis. Orang yang memiliki hobi naik gunung, misalnya, besar kemungkinan, akan memiliki bisnis yang terkait dengan aktivitas naik gunung. Bos Avtech Yudi Kurniawan yang keranjingan naik gunung akhirnya membuka bisnis sebagai produsen alat-alat perlengkapan naik gunung. Ide bisnis terlintas, ketika dia menyadari bahwa alat-alat perlengkapan naik gunung yang ada di pasaran saat itu harganya sangat mahal. Oleh karena itu jika ia mampu memproduksi alat perlengkapan naik gunung dengan harga yang lebih murah tentu peluang untuk mendapatkan konsumen tinggi. Konsumen itu bisa berasal dari pada konsumen yang beralih dari pembeli alat-alat perlengkapan yang sudah ada maupun dari konsumen baru yang selama ini ingin membeli alat perlengkapan naik gunung tetapi belum mampu karena harganya yang kelewat tinggi.

Jap Khiat Bun, salah eksportir ikan hias terbesar di Indonesia, mendapatkan ide bisnis dari hobinya memelihara ikan hias. Bermodalkan lima aquarium Jap terus mengulik ikan hias. Bahkan, saking hobinya kepada ikan hias, seluruh waktunya ia dedikasikan untuk mengurusi ikan hias, sehingga pernah suatu waktu ia sampai terserang stroke ringan. Namun karena hobinya tersebut kini ia tercatat sebagai salah satu pemain besar pengekspor ikan hias berbendera CV Maju Aquarium.

Page 2 of 3
Pengalaman dan pengetahuan juga menstimuli lahirnya ide-ide bisnis. Urpan Dani, pemilik PT Salsabila Rizky Pratama, tercetus ide untuk berbisnis di dunia lumpur pengeboran minyak, setelah sebelumnya bekerja di sebuah perusahaan yang memiliki bisnis inti sejenis. Urpan melihat masih banyak peluang yang terbentang di bisnis ini, karena jumlah pemain yang terjun ke bisnis tersebut relatif sedikit. Pengalaman dan pengetahuan yang ditimba sebelumnya memberikan landasan yang kuat untuk melahirkan ide dan mewujudkannya ke dalam bisnis, serta cara-cara penanganannya mulai dari memproduksi barang sampai memasarkannya ke konsumen.

Sebelum mendirikan factory outlet, Perry Tristianto Tedja, sempat berbisnis kaos yang dikaitkan dengan tema-tema musik karena sebelumnya Perry sempat menjadi direktur utama sebuah perusahaan rekaman. Maka setelah mengundurkan diri dari perusahaan rekaman tersebut, ia memanfaatkan jaringan toko-toko kaset dengan menjual kaos yang masih ada kaitannya dengan dunia musik. “ Kalau tadinya saya bekerja di bidang farmasi mungkin saya akan berjualan kaos yang ada kaitannya dengan dunia farmasi,” akunya pada suatu waktu.

Hengky Setiawan bos Telesindo Shop juga menimba ilmu dan pengalaman terlebih dahulu dengan menjadi seorang sales. Ilmu pengetahuan dan pengalaman inilah yang memberikan landasan kuat untuk mewujudkan idenya membangun bisnis distributor produk-produk seluler di bawah bendera Telesindo Shop. Kini bisnis yang dikomandoi ini merupakan tiga terbesar di Indonesia untuk bisnis sejenis.

Lalu bagaimana untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman bagi seseorang yang belum pernah bekerja pada suatu perusahaan tertentu? Sumber pengetahuan dan pengalaman berbisnis bukan hanya didapat dari perusahaan tertentu. Saat ini banyak sekali sumber pengetahun dan pengalaman bisnis yang bisa kita dapatkan. Mulai dari media cetak koran, tabloid, majalah, buku, sampai media audio visual dan online.

J Ganang Andi, memiliki ide bisnis membuat miniatur pesawat tempur dari kertas setelah keranjingan membaca buku-buku dan majalah militer. Hampir semua informasi soal perkembangan teknologi persenjatan hingga saat ini selalu dilahapnya. Ia belajar membuat membuat miniatur pesawat kertas dari satu majalah yang memuat pola-pola cara membuat pesawat dari kertas yang kemudian ia kembangkan sendiri desain dan pola-polanya.

Pada kenyataannya mungkin ide bisnis tidak lahir karena satu faktor saja. Sangat besar kemungkinan ide bisnis ini lahir dari kombinasi faktor-faktor tersebut di atas. Misalnya, faktor lingkungan yang berkombinasi dengan hobi atau faktor lingkungan dengan pengetahuan dan pengalaman, atau justru kombinasi dari semuanya.

Dalam The Origins of Entrepreneurship disebutkan berdasarkan survei ditemukan fakta bahwa 43 % pengusaha mengaku ide bisnisnya berasal dari pengalaman bekerja di industri yang sama, 15 % pengusaha memperoleh ide dari melihat orang lain mencoba suatu usaha, 11 % pengusaha mendapat ide pada saat melihat peluang pasar yang tidak atau belum terpenuhi, 7 % pengusaha menemukan ide karena telah meneliti secara sistematik kesempatan berbisnis, dan 3 % pengusaha muncul ide bisnisnya karena hobi.

Langkah Kedua, Mendiskusikan Ide Kepada Orang yang Lebih Expert.
Lahirnya sebuah ide bisa terjadi secara tidak terduga maupun sudah dipersiapkan secara matang. Sekalipun lahir dari persiapan yang matang bukan berarti ide bisnis ini sudah sempurna. Ide-ide bisnis ini harus didiskusikan dengan orang-orang yang lebih mumpuni di bidangnya. Pada saat Larry Page dan Sergey Brin mempunyai ide untuk membuat search engine Google keduanya mendiskusikan ide tersebut kepada Profesor David Cherington. Bukan saja, Profesor David mendukung ide tersebut di saat orang lain meragukannya, bahkan oleh Profesor dari Stanford University ide tersebut dibawa ke venture capital Kleiner Perkins Caufield & Byers untuk mendapatkan pendanaan.

Tetapi seringkali penemu ide bisnis kesulitan untuk menemukan orang yang tepat. Mendiskusikan ke anggota keluarga, alih-alih mendapat dukungan, dalam kebanyakan kasus mereka malah mengendorkan semangat dengan lebih menonjolkan risiko-risiko ketimbang peluang-peluang yang mungkin bisa didapatkan dari ide bisnis itu.

Namun sebenarnya tidaklah terlalu sulit untuk menemukan orang yang tepat guna mendiskusikan ide bisnis tersebut. Eksperimen Dr Stanley Milgram dari Yale University membuktikan hal itu. Berdasarkan eksperimennya, hanya dibutuhkan maksimal enam orang untuk menjangkau siapa pun dan di negara bagian mana pun di Amerika Serikat. Artinya, hanya ada enam derajat pemisahan bagi seseorang untuk bisa menjangkau seseorang lainnya yang dia butuhkan, di mana pun di dunia. Misalnya saja Anda ingin menghubungi saya mungkin hanya membutuhkan enam teman, bahkan kurang dari itu, padahal Anda tidak pernah mengenal saya sebelumnya. Pertama, mungkin Anda akan menghubungi teman yang bekerja di media massa. Kemudian teman Anda akan menghubungi temannya yang bertugas meliput bidang ekonomi, dan teman tersebut akan segera bisa menghubungkan Anda dengan saya. Dalam kasus ini, pemisahan antara Anda dengan saya hanya tiga derajat.

Seberapa penting ide bisnis didiskusikan? Orang lain selalu bisa memberikan perspektif yang berbeda dengan kita sehingga ini bisa memperkaya perspektif ide bisnis kita. Pengetahuan dan pengalaman orang lain, apalagi dia seorang pakar, akan bersifat komplementer dengan pengetahuan yang kita miliki. Feni Indah Kusumawati bersama rekannya Marlinda Sari, Desi Nurmasari, dan Rachmat dari Institut Pertanian Bogor memiliki ide brilian untuk membuat permen berbahan baku wortel. Namun ide itu mentok pada persoalan rasa wortel yang getir dan berbau langu. Mereka baru berhasil menemukan formula yang bisa menghilangkan rasa getir dan bau langu pada wortel setelah mendiskusikan hal ini dengan dosen teknologi pangan dari IPB.

Elang Gumilang, mahasiswa yang juga Direktur PT Dwikarsa Semestaguna memiliki usaha properti bernilai miliaran rupiah, awalnya berbisnis kecil-kecilan. Mulai dari dagang mainan dari tanah liat sampai berbisnis minyak goreng. Bisnisnya mulai terbentuk ke bisnis yang lebih serius setelah dosennya memberi nasehat,” kalau mahasiswa bisnis yang tepat memakai otak, bukan mengandalkan otot.”

Langkah Ketiga, Melakukan Riset Terhadap Ide.
Yang terbayang di kepala orang adalah metodologi-metodologi yang rumit ketika berbicara masalah riset. Idealnya memang demikian, sehingga hasil kesimpulan dari riset tersebut bisa dipertanggungjawabkan. Namun tidak semua orang memiliki kemampuan maupun dana untuk melakukan riset seperti yang dimaksud di atas. Riset terhadap ide bisa disederhanakan, dengan sekadar mencari tanggapan kepada kolega atau ke orang secara acak mengenai tanggapan mereka seandainya ide bisnis tersebut dijalankan. Misalnya, Anda yang tinggal di suatu perumahan memiliki ide untuk menjalankan bisnis antar jemput anak sekolah. Anda pergi ke blok A untuk menanyakah kepada beberapa orang tua apakah mereka tertarik untuk mengikutkan anak mereka dalam program antar jemput anak sekolah seandainya Anda memiliki bisnis jasa tersebut. Demikian juga yang Anda tanyakan kepada orang tua di blok-blok lain. Jika sebagian dari mereka menjawab ya, maka ini merupakan modal besar bagi Anda untuk mewujudkan bisnis antar jemput anak sekolah di perumahan itu.

Tetapi ada kemungkinan ide bisnis Anda memerlukan riset yang lebih rumit dan tidak cukup hanya sekadar bertanya satu dua persoalan. Misalnya seseorang ingin mendirikan toko emas di depan sebuah perumahan, tetapi dia tidak tahu persis berapa kekuatan daya beli warga di perumahan tersebut. Maka calon pengusaha yang bersangkutan bisa memanfaatkan riset dari perusahaan lain. Perusahaan-perusahaan besar, seperti jaringan minimarket atau jaringan salon cuci mobil ternama, pasti sudah melakukan riset sebelum mendirikan cabang atau gerai jaringannya. Kalau kita hanya sekadar ingin mengetahui daya beli warga perumahan setempat kita bisa mengikuti atau ndompleng riset mereka.

Monday, 22 September 2008
Page 3 of 3
Langkah Keempat, Menemukan Hal yang Spesifik dari Ide.
Sebagian besar dari kita memang tidak terlahir sebagai orang hebat yang bisa menghasilkan ide-ide orisinil. Tidak perlu pesimistis. Orang sukses bukan monopoli pemilik ide orisinil. Ikan adalah binatang yang paling besar memanfaatkan air dibandingkan makhluk apa pun, namun bukan ikan yang menemukan air atau menemukan rumus molekul air. Monyet juga paling besar memanfaatkan pohon, tetapi bukan monyet yang menemukan pohon. Kedua makhluk itu bisa memanfaatkan sebesar-besarnya air dan pohon karena keduanya memiliki anugerah khusus dibandingkan makhluk lainnya. Ikan memiliki insang (kecuali ikan paus) sedang monyet memiliki tangan yang kokoh dan cekatan untuk bergelantungan. Tegasnya, sukses tidaknya suatu bisnis tidak terletak apakah yang bersangkutan sebagai penemu ide bisnis atau bukan, tetapi lebih merupakan kemampuan untuk mengoptimalkan kelebihan spesifik dari ide bisnisnya. Ide untuk memproduksi permen bukanlah hal yang baru. Namun ketika Anda bisa memberikan nilai lebih dibandingkan dengan permen-permen lain yang sudah beredar, Anda bisa menawarkan hal yang berbeda. Dalam contoh permen wortel, selain tetap mempertahankan hal-hal menarik pada produk permen, seperti rasa manis dan bentuknya menarik anak-anak, kandungannya juga bisa memasok asupan vitamin A bagi anak-anak.

Jus pesan-antar Mama Roz, mungkin bukan yang pertama berada di pasaran. Tetapi klaim bahwa bahan bakunya asli dari buah segar tanpa konsentrat dan bahan pengawet lainnya merupakan kelebihan yang bisa ditonjolkan sehingga dengan cepat jus ini bisa merebut hati pelanggan.

Langkah Kelima, Menentukan Target Pasar dari Ide Bisnis.
Setelah melakukan riset atas ide, bisnis yang akan dibangun semakin kelihatan bentuk dan kualitasnya. Sebagai langkah lanjutnya, adalah penentuan target pasar atas ide tersebut. Sekalipun berdasarkan riset sudah tergambar bahwa produk dari bisnis yang akan dijalankan bisa diterima masyarakat luas, namun harus segera ditentukan siapa targetnya. Satu hal di dunia bisnis modern ini adalah kenyataan bahwa suatu produk tidak mungkin bisa menjangkau semua target pasar. Hal ini terjadi bukan saja karena banyaknya pesaing, bahkan pesaing yang sudah ada lebih dominan, melainkan secara alamiah memang tidak ada produk yang bisa memuaskan semua kalangan. Produk yang berkualitas dan membutuhkan bahan baku yang juga tinggi kualitasnya sehingga production cost-nya tinggi tentu tidak cocok kalau disasarkan untuk kalangan menengah ke bawah. Produk Deco Book, misalnya. Bisa saja semua orang mengakui bahwa seni kerajinan tangan dari buku bekas ini memang eksotis, namun untuk kalangan menengah ke bawah membeli sebuah kerajinan dari buku bekas dengan banderol Rp300 ribu, tentu akan berpikir ulang. Penentuan target pasar ini akan menentukan sukses tidaknya penerimaan pasar.

Langkah Keenam, Menentukan Besarnya Dana Serta Sumbernya.
Dana, dalam bisnis merupakan darah. Kalau ide ibarat kusir, maka dana adalah kudanya. Tanpa kuda, delman tidak akan pernah bergerak ke mana-mana, meski sang kusir sudah memiliki rencana indah untuk pergi tamasya keliling kota. Begitu vitalnya dana, seringkali persoalan ini dijadikan alasan pembenar bagi seseorang yang ketakutan memulai bisnis. “Saya memiliki ide bisnis bagus, sayangnya saya tidak memiliki cukup dana untuk mewujudkan ide itu,” kata orang-orang berdalih.

Keperluan terhadap besarnya dana untuk masing-masing ide bisnis beragam. Ada ide yang cukup didanai dengan tabungan sendiri, ada ide yang membutuhkan patungan sanak saudara dan kolega, namun ada juga ide yang membutuhkan dana dari investor atau lembaga keuangan. Ide Larry Page dan Sergey Brin membuat search engine Google jelas membutuhkan dana yang besar, yang tidak mungkin mereka biayai sendiri lantaran keduanya masih berstatus sebagai mahasiswa. Namun ide yang cemerlang pasti ada jalan keluarnya. Dengan bantuan Profesor David Cherington ide tersebut dibawa ke Kleiner Perkins Caufield & Byers sehingga ide tersebut mewujud menjadi perusahaan raksasa seperti yang kita saksikan saat ini.

Jadi persoalan terbesarnya bukan terletak pada ada tidaknya dana tetapi lebih merupakan pada persoalan prospektifnya ide bisnis dan ketepatan menentukan dana yang dibutuhkan. Inilah yang terpenting dalam tahapan ini. Seringkali orang merasa membutuhkan dana yang besar untuk suatu ide bisnis, sehingga mereka mengajukan pinjaman di atas kebutuhan yang sebenarnya. Ketika pinjaman cair kebutuhan menjadi melebar ke mana-mana, sehingga kelak di kemudian hari bisnis yang dijalankan menjadi tersendat-sendat karena harus menanggung biaya yang seharusnya memang bukan menjadi kewajiban bisnis tersebut.

Langkah Ketujuh, Menentukan Waktu Untuk Memulai Bisnis.
Ingat nasihat seorang dai tentang memulai bisnis yang berbunyi: mulai dari diri kita sendiri, mulai dari yang kecil dan mulai dari saat ini. Ingat juga dengan nasihat don’t put off until tomorrow what you can do today . Namun ternyata saat (waktu) memiliki keistimewaan sendiri. Sepertiga malam yang terakhir merupakan waktu yang terbaik untuk berdoa, meskipun kita bisa berdoa di sembarang waktu.

Sepintas ada yang kontradiktif dari dua hal di atas. Benarkah demikian? Kalau kita mendalami lebih jauh tentang dua hal di atas sebenarnya tidak ada yang kontradiktif. Nasihat kelompok pertama lebih ditujukan kepada orang-orang yang suka menunda-nunda waktu, dengan berbagai dalihnya. Sedangkan kenyataan bahwa ada waktu atau momen tertentu yang tepat untuk melakukan aktivitas ditujukan untuk orang-orang yang teliti melakukan persiapan dalam melakukan aktivitasnya. Kenyataan yang tidak bisa dibantah, alam secara keseluruhan dan alam bisnis memiliki suatu ritme sendiri. Menjual perahu karet di saat musim kemarau, jelas salah timing.

Ketepatan timing dalam memulai bisnis merupakan salah satu komponen penting sukses tidaknya bisnis. Bisnis susu jagung akan jauh lebih sukses ketika harga susu sapi dan keledai melonjak tinggi. Bisnis menjual alat penghemat bahan bakar akan menemui momentumnya ketika harga BBM melejit, demikian juga bisnis bahan bakar alternatif. Bisnis alat-alat olahraga akan lebih tinggi omsetnya ketika menjelang Agustusan tiba. Adalah tidak tepat menjual sepatu anti-air pada saat kemarau.

Demikian tujuh langkah dalam mewujudkan ide dan peluang menjadi lumbung uang. Bisa jadi langkah yang dilakukan satu pengusaha dan pengusaha lainnya berbeda, sehingga langkahnya bisa lebih pendek atau lebih panjang dari tujuh langkah tersebut. Namun kami yakin tujuh langkah ini bisa dijadikan referensi bagi Anda yang ingin segera mewujudkan ide menjadi bisnis.
Sumber :
© 2009 Majalah Pengusaha - Peluang Usaha dan Solusinya
Satu Hari dengan 60.000 Ide Brilian


1 komentar:

  1. Kang Lili, menarik juga artikelnya moga kita bisa dapat terus berkarya demi agama, nusa dan bangsa....

    BalasHapus