Jumat, 10 Juli 2009

Geografi Bahasa Jawa Dialek Banten

Apabila kita mencoba membuka kembali buku sejarah, kita mengenal
sebuah kerajaan besar di daerah pulau Jawa bagian Barat, yaitu
kerajaan pajajaran. Diperkirakan lima ratus tahun yang lampau,
kerajaan itu mengalami masa kejayaan sehingga rakyatnya hidup dalam
keadaan tata tentrem kerta raharja. Luas wilayah kerajaan pajajaran
meliputi hampir seluruh pulau Jawa bagian Barat ditambah pula dengan
daerah Tegal dan Banyumas yang sekarang masuk kedalam wilayah propinsi
Jawa Tengah (Ekajati, 1975).

Salah satu daerah pulau Jawa bagian barat yang merupakan daerah yang
tak terpisahkan dari kekuasaan kerajaan Pajajaran adalah wilayah
Banten. Kata Banten sendiri secara etimologi terdapat beberapa macam
pendapat. Kata Banten dianggap berasal dari kata bantahan (bahasa
sunda) "bukan penurut", bin-tahan "tahan dalam segala
perjuangan",ketiban-inten "kejatuhan intan", ban "lingkaran" dan ten
"intan", dan wahanten. Yang terakhir ini adalah nama sebuah daerah
dalam sejarah yang termasuk kerajaan pajajaran. Nama itu disebut dalam
naskah carita parahiyangan. Artinya mungkin sama dengan Cibanten
karena bentuk baru wah berarti "sungai". Cibanten adalah nama sungai
yang ada di daerah kota Banten.

Sejarah terus berlalu dan mencatat peristiwa penyebaran Islam ke
seluruh pulau Jawa yang dilakukan oleh Fatahillah, seorang ulama dan
panglima perang yang berasal dari pasai. Pada tahun1525 ia menyebarkan
agama Islam sampai Demak. Setahun kemudian, fatahillah bersama 2.000
orang pengikutnya yang berasal dari Demak, menyebarkan agama Islam ke
daerah Banten.Berkat kebijaksanaannya, rakyat Banten menerima agama
Islam dengan penuh keikhlasan dan kesadaran (Ekajati, 1975). Sejak itu
berdiri kesultanan Banten yang di samping membawa kemakmuran dan
kesejahteraan bagi rakyatnya,juga merupakan pusat kebudayaan bagi
rakyatnya.

Sejalan dengan masuknya fatahillah dan pengikutnya dari Demak, sejak
itu masuk pula bahasa dan kebudayaan orang Islam Demak ke wilayah
Banten, terutama di sepanjang daerah pantai utara. Masyarakat Banten
di sepanjang pantai utara(sebagianKabupaten Serang dan Tangerang
bagian utara) yang sebelumnya berbahasa dan berbudaya Sunda mulai
mengenal dan menerima bahasa dan budaya Jawa. Kemungkinan sejak
peristiwa ini, muncullah istilah bahasa Jawa (dialek) Banten yang pada
perkembangan selanjutnya terjadi sentuh bahasa dengan bahasa Sunda
sehingga bahasa Jawa (dialek) Banten bergeser dari ciri-ciri bahasa
Jawa lulugu- bahasa Jawa asli.

Penamaan Bahasa Jawa (dialek) Banten itu sendiri masih perlu
diperdebatkan, karena Banten itu sendiri bisa sebagai nama: 1)
kesultanan tempo doeloe, 2)nama kampung di wilayah utara Kabupaten
Serang, dan 3)nama (wilayah) provinsi yang mencakup Kabupaten Serang,
Kodya Cilegon, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang, Kodya
Tangerang, dan kabupaten lebak. Dari hasil pengamatan sementara,
penamaan Banten pada bahasa Jawa dimaksud berhubungan dengan nama
kesultanan yang pusat pemerintahannya di kampung Banten, karena
apabila berkaitan dengan wilayah provinsi maka pemakaian bahasa Jawa
(dialek) Banten tersebut harus menyebar di seluruh provinsi Banten.

Berdasarkan sumber informasi yang ada, tidak ada satu pun keterangan
yang memberi penjelasan bahwa bahasa Jawa merupakan bahasa resmi yang
harus dipergunakan (minimalnya di kuasai) oleh seluruh rakyat Banten
pada waktu pemerintahan Kesultanan Banten. Artinya, bahwa bahasa Jawa
Banten hanya dipergunakan secara terbatas di kalangan para
kerabatkesultanan dan para pendatang dari Demak dan Cirebon.Sebagian
besar rakyat pada waktu itu tetap mempergunakan bahasa Sunda sebagai
bahasa kesehariannya. Sehubungan dengan pusat pemerintahan kesultanan
dan sebagian besar pendatang dari Cirebon dan Demak berada di kampung
Banten dan sepanjang pantai utara seperti di daerah Anyer, Cilegon,
Merak, Bojonegara, Pontang, Tirtayasa, dan sebagian Kabupaten
Tangerang (sekarang) bagian utara.

Khusus di kabupaten Serang pada saat sekarang,sedikitnya terdapat tiga
bahasa yang dipergunakan masyarakat secara baik, yaitu bahasa Jawa
(dialek) Banten, bahasa Sunda, dan bahasa Indonesia. Bahasa Jawa
(dialek) Banten, dipakai di wilayah Kabupaten Serang sesuai keperluannya.

Agus Suriamiharja dkk. (1981) memetakan geografi pemakaian bahasa di
Kabupaten Serang sebagai berikut.

1. Pemakai bahasa Jawa (dialek)Banten terdapat di kecamatan: Cilegon,
Merak, Bojonegara, Pontang, Tirtayasa, Ciruas, Carenang, Kasemen, dan
Kramatwatu.

2. Pemakaian bahasa Sunda terdapat di Kecamatan:Ciomas, Pabuaran,
Padarincang, Cinangka, Anyar (sebagian), Baros, Petir, Cikeusal, Kopo,
Cikande, dan Pamarayan.

3. Pemakaian bahasa Jawa-Sunda (bilinguistis) terdapat di kecamatan:
Anyar, Serang,Mancak, Waringinkurung, Taktakan,Serang, Cipocok,
Walantaka, dan Kragilan.

Sejalan dengan di telah diproklamirkannya Banten sebagai sebuah
provinsi, timbul sebuah wacana dari sebagian masyarakat provinsi
Banten untuk mencari identitas kedaerahan yang salah satunya dengan
menjadikan bahasa Jawa (dialek Banten) sebagai bahasa daerah yang
berlaku di Kabupaten Serang. Wacana ini tentunya perlu dipikirkan dan
dikaji secara matang, sehingga tidak menimbulkan persoalan lain yang
malah menghilangkan identitas bahasa yang sebenarnya.


Suriamiharja,Agus dkk. 1981 Geografi Dialek Sunda di Kabupaten Serang.
Jakarta:Pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa Depdikbud.